SUATU pagi, sekitar satu pekan yang lalu. Kami sekeluarga berbenah untuk Hari raya keesokkan harinya. Para wanita sibuk di dapur dan pria-pria membersihkan seluruh isi rumah. Kami, saya dan Papa kecuali Dio, saling berbagi tugas membereskan barang-barang.
Usai berbenah seharian saya menghampiri Papa. "Pah, kayaknya rumah kita lagi banyak tikus lagi nih. Soalnya pas Andra beres-beres kardus tadi, mama katanya lihat sarang tikus."
"Oh iya. Berarti ada tikus lagi nih. Emang itu gara-gara rumah kita terlalu banyak barang. Akhirnya barang-barang gak kepakenya jadi sarang tikus. Mama kamu itu nyimpen barang banyak banget,” keluh Papa.
Mama memang tidak suka membuang barang begitu saja. Tiap kali saya atau Papa akan membuang barang-barang tadi, Mama memarahi kami. Ia selalu bilang “siapa tahu nanti bisa kepake, jadi simpen aja dulu”. Alhasil seringkali kami batal menjalankan niat itu.
“Yaudah abis lebaran kita beresin lagi aja Pah. Sekalian buang barang-barang gak penting yang disimpen Mama. Kalau gak dibolehin biar aja. Kita buang aja. Daripada tikusnya tambah banyak,” kata saya.
Setelah itu, tiba-tiba Papa bertanya, " Oh iya, ngomong-ngomong tikus itu diciptain untuk apa ya?"
"Ehhmmm, ya pasti ada gunanya Pah. Ga mungkin sesuatu diciptain kalau gak berguna,” Saya berusaha menjawab pertanyaan aneh Papa.
“Kayak nyamuk aja. Coba kalau gak ada nyamuk, gimana nasib orang-orang yang seharusnya kerja di pabrik Baygon.”
Meski sudah saya jawab dengan logika sederhana, Papa masih saja penasaran. Ia tetap bertanya-tanya. "Iya juga sih. Tapi tetep aja, apa ya kegunaan tikus diciptakan?"
Kalau dipikir-pikir, saya juga bingung. Kemudian saya jadi ikut-ikutan bertanya-tanya apa gunanya tikus. Walaupun belum punya jawaban yang meyakinkan, saya tetap berkeras kepada Papa kalau semua yang diciptakan itu pasti ada gunanya.
“Papa tahu semua pasti ada gunanya. Tapi apa gunanya tikus?”, Papa terus saja ngomong dan bertanya-tanya sendiri.
Saat memikirkannya lebih jauh, saya sempat berkhayal melantur. Dalam hati saya berpikir, “Kalo semua diciptakan ada gunanya, jadi apa guna semua planet yang ada di tata surya. Apa semuanya untuk manusia? Tapi mengapa Cuma bumu yang bisa ditinggali. Kalau begitu planet-planet lainnya sia-sia dong.”
Lucu juga sih kalau dipikir-pikir.
Setelah melantur, akhirnya saya mendapat jawaban sayang sedikit maksa. "Andra tahu Pah apa gunanya tikus. Tikus itu berguna untuk makanan ular. Supaya tikus tidak jadi hama di sawah petani."
Saya merasa telah menyelesaikan masalah dengan memberikan penjelasan logis yang saya dapat dari pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam soal rantai makanan sewaktu SD dulu.
"Ya tapi kan ular bisa makan yang lain. Gak cuma tikus aja. Lagipula kalau gak ada di sawah, tikus juga bisa bikin masalah. Wabah penyakit misalnya. Banyak mudharatnya tuh Iya kan. Papa bener kan?" tambahnya sambil tersenyum.
Saya enggan mengangguk tapi juga tak kuasa mempertahankan pendirian saya.
Tiba-tiba, Odi, adik perempuan saya, mendekat ke tempat kami berdua diskusi. Sejak tadi ia memang keliatan tertarik ikut pembicaraan.
“Yaelah ngomongin tikus doang. Ribet amat. Gw tau jawabannya. emang semua mahluk itu diciptakan pasti ada gunannya. Tikus juga begitu. Kalo tikus ya gunanya untuk mengerat,”
Semuanya jadi anti klimaks. Saya dan Papa cuma bisa saling memandang. Dalam hati saya bertanya "mengerat?".
Lalu kami semua kembali melakukan kegiatan masing-masing. Tidak ada lagi kelanjutan dari pertanyaan-pertanyaan itu. Kegunaan tikus tetap menjadi pertanyaan besar di keluarga kami.
Jakarta, September 2011
2 comments:
ya semua hal yang terjadi punya alasan ndra.. huahaha
iya ki, emang. Gw setuju..tapi sblmnya ada yg mw d critain ga?
Post a Comment